Deadline Driven Development

Muhammad Syukur Abadi
3 min readMar 28, 2022

--

Photo by Kevin Yudhistira Alloni on Unsplash

Menjadi mahasiswa rumpun teknologi informasi kerap dibebankan tugas berbasis proyek (project based learning), di mana ilmu yang dipelajari selama proses belajar mengajar diterapkan dalam suatu proyek dengan tema tertentu. Hal ini menjadi tantangan tersendiri apalagi bagi mereka yang benar-benar baru belajar pemrograman, mengingat banyaknya teknologi dan praktis yang harus dipelajari dan dikuasai dalam satu waktu. Dampak jangka panjangnya adalah proyek yang tidak memenuhi harapan.

Menunda pekerjaan atau procastination erat kaitannya dengan deadline. Menunda pekerjaan bisa ditimbulkan oleh sesuatu yang berasal dari luar kesadaran. Menjadi seorang deadliner memiliki kelebihan dan kekurangan. Faktanya, terus-menerus mengerjakan suatu pekerjaan hingga mepet deadline menjadikan seorang deadliner menjadi lebih mudah terkena stress, mematikan sel otak, mengurangi kreativitas, mengganggu kesehatan, bahkan menimbulkan efek ketergantungan.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa ada kelompok orang yang mengerjakan tugas dekat dengan tenggat waktu yang ditentukan, dan ada kelompok orang yang mengerjakan tugas jauh dari tenggat waktu yang ditentukan. Kedua golongan tersebut memang memiliki motivasi tersendiri mengapa mereka melakukan dengan cara tersebut, dan sebaiknya tidak usah kita debatkan alasan-alasan mereka. Saya termasuk golongan yang kedua, mengingat tidak ada jaminan bahwa proyek yang dikerjakan dimulai jauh-jauh hari dari tenggat waktu bebas dari error. Lewat tulisan ini, saya membagikan pengalaman saya berhadapan dengan deadline.

Kerjakan sesuatu dalam satu waktu

The second you expect yourself to more than you capable of, is the second you doomed yourself to failure. Acknowledge who you are and do the best for today, and set low expectations for yourself(Dr. K)

Memulai pekerjaan dari mana? biasanya dipikirkan oleh orang-orang yang memiliki banyak pekerjaan dengan deadline yang hampir bersamaan. Apalagi jika pekerjaan-pekerjaan tersebut terbilang hal baru untuk mereka.

Tujuan besar dibangun dari tujuan-tujuan kecil. Namun tujuan besar tersebut bisa saja tidak tercapai, sebab kita mengabaikan atau meremehkan tujuan-tujuan kecil.

Salah satu video dari Dr. K membahas tentang fenomena moving the goalpost. Fenomena ini secara sederhana berarti mengubah keberhasilan dari suatu pekerjaan menjadi kegagalan karena tujuan akhir pekerjaan tersebut berubah. Sebagai contoh, saya ingin makan makanan sehat hari ini, dan ternyata saya berhasil makan makanan sehat hari ini. Pada hari yang sama, saya ingin makan makanan yang sehat besok. Namun, saya sendiri tidak dapat menjamin apakah saya bisa makan makanan sehat besok. Hal ini merupakan salah satu contoh dari fenomena moving the goalpost.

Caranya adalah dengan menyadari bahwa kesuksesan kecil tidak sama dengan kegagalan, namun perlu diingat bahwa moving the goalpost bisa menggagalkan kita untuk mencapai tujuan besar kita.

Sebelum memulai, pastikan rencana yang dibuat realistis untuk dicapai

Ketika kita memiliki tujuan yang besar, saya rasa tujuan tersebut dibangun di atas tujuan-tujuan kecil. Sebagai contoh, membangun aplikasi berbasis web dimulai dari merancang tampilan antarmuka, merancang database, implementasi rancangan antarmuka dan database, hingga melakukan perawatan (maintenance) secara rutin. Begitu juga dengan pekerjaan-pekerjaan lain.

Menetapkan tujuan tertentu (milestone) dapat memberi kita gambaran tentang apa yang harus dilakukan saat ini. Dalam menentukan milestone tersebut, pastikan milestone tersebut realistis untuk dicapai. Sebab jika milestone yang sudah direncanakan terhitung mustahil untuk dicapai, besar kemungkinan seluruh progress pekerjaan akan terhambat.

Buat Batasan

Accept yourself and do something about it (Dr. K)

Penting bagi kita untuk mengetahui batasan diri sendiri. Batasan yang saya maksud adalah kemampuan kita mengendalikan diri dan berhubungan dengan orang lain. Diantara kedua hal tersebut, bagi saya membuat batasan dengan orang lain adalah hal yang sulit dilakukan.

Membuat batasan dengan orang lain bukan berarti tidak lagi berhubungan dengan orang tersebut, melainkan kita belajar mengatakan tidak untuk setiap ajakan. Apalagi jika ajakan orang tersebut mempengaruhi sedikit atau tidak sama sekali dengan pekerjaan yang kita lakukan.

Disiplin

Menumbuhkan sifat disiplin tidaklah mudah, apalagi tidak ada orang atau mentor yang mengawasi secara langsung apa yang kita lakukan setiap hari. Tidak disiplin dapat menghambat produktivitas, menjadikan seseorang sering menunda pekerjaan, hingga mengerjakan suatu pekerjaan dengan tidak maksimal.

Istirahat

Mengerjakan sesuatu dengan usaha maksimal menjadi tanggung jawab setiap orang ketika dibebankan suatu pekerjaan. Apalagi ketika pekerjaan tersebut menjanjikan imbalan jika kita bisa menuntaskannya. Namun, mengorbankan kesehatan demi menyelesaikan pekerjaan bukanlah hal yang baik. Kita sendiri yang mengetahui batas kemampuan diri, namun jangan terlalu gegabah untuk menggunakan energi yang ada.

Referensi

  1. The Dark Side of Deadlines oleh Kimberly Key (https://www.psychologytoday.com/us/blog/counseling-keys/201506/the-dark-side-deadlines)
  2. Stop Procastinating and Beat The Deadline Now oleh Bill Klaus Ed. D (https://www.psychologytoday.com/us/blog/science-and-sensibility/201003/stop-procrastinating-and-beat-deadline-now)
  3. Failing Repeatedly at Life? Avoid this Cognitive Trap oleh healthygamergg (https://www.youtube.com/watch?v=0JqH1_l0b9M)
  4. When to Change vs Accept Who You Are oleh healthygamergg (https://www.youtube.com/watch?v=iflcK39wJ2M&t=221s)

--

--

Muhammad Syukur Abadi

Ordinary computer science student and a gundam geek. Also hugging psychology, math, and physics stuffs. I can be reached on my instagram @sykrabadi